Sumber |
Saat
ini saya sedang senggang, belum ada orderan kerjaan percetakan, jadi waktu
luang ini saya gunakan untuk meng-update
laporan keuangan rumah tangga saya atau biasa saya beri judul “Rekapitulasi
Uang Belanja”. Menulis dan mencatat semua kebutuhan atau keperluan belanja
sehari-hari memang telah lama saya lakukan, bahkan saya melakukan hal ini sejak
saya masih kuliah, sekitar tahun 2007, waahhh sudah kurang lebih 8 tahunan ya
=D
Awal
kebiasaan ini berlatar belakang saat saya kebingungan, uang saku yang biasa
diberikan oleh orang tua koq cepat sekali habis ya, dan saya juga sulit untuk
menelusuri kemana saja uang itu telah saya pergunakan. Maklum, masih jiwa muda
seorang mahasiswi, pengen beli ini pengen beli itu, pengen main ke sana pengen
main ke situ, pengen beli buku ini pengen beli buku itu. Yah, intinya adalah
sikap konsumtif yang tidak terkendali yang terjadi tanpa kita sadari. Inginnya
sie berhemat dengan cara menabung, tapi tetap saja ada seribu alasan untuk
“mengorek-ngorek” tabungan dan mencoba mengeluarkan isinya lagi. Hayooo siapa yang
pernah melakukan (menjebol tabungannya) hal ini juga? =D
Lambat
laun, hingga saya menikah dan full menjabat
sebagai ibu rumah tangga, saya tetap mempertahankan kebiasaan ini. Awalnya saya
sembunyi-sembunyi menulisnya, malu kalau ketahuan suami, takut dibilang
“perhitungan”, hehehe. Tapi ya akhirnya ketahuan juga, tapi saya jelaskan apa
maksudnya saya melakukan hal ini, tujuannya sebagai pengontrol keuangan rumah
tangga kami. Reaksi suami sie cuma senyum-senyum sendiri dengan tampang yang
mau tertawa gitu, “Masak beli pelembut pakaian yang harganya 500 rupiah per-sachet aja kamu tulis?” ujarnya sambil
tersenyum. “Ya iyalah, meskipun 500 rupiah tetap saja itu berupa barang yang
dibeli menggunakan uang, yang suatu saat nanti pasti akan diminta pertanggung
jawabannya” jawab saya sok bijaksana.
Bahkan
dengan bangganya saya memperlihatkan bentuk softcopy
hasil rekapitulasi uang belanja saya selama satu tahun. Jadi, semua hasil
catatan pengeluaran yang sering saya tulis di buku langsung saya pindahkan ke
program Excel. Contohnya seperti gambar dibawah ini.
Hihihi... jadi malu kelihatan deuh harga barang-barang kebutuhan sehari-hari saya =D |
Alhamdulillah
ilmu pengetahuan saat masih bekerja kantoran dulu masih lengket di otak saya,
jadi data-data mentah itu saya kelompokkan lagi agar lebih detail, kemudian
saya menggunakan fitur Pivot Table
untuk membuat gambaran yang lebih rinci. Plus saya buat menjadi sebuah diagram/table yang mudah untuk dibaca
atau dipahami. Kalau dilihat-lihat, saya ini seperti kurang kerjaan banget ya,
masak data rekapitulasi uang belanja saya olah sedemikian rupa menjadi laporan
bulanan, hahaha =D
Memang
benar, suami yang sudah menyerahkan nominal sekian untuk istrinya setiap bulan itu
merupakan amanah, amanah berupa uang yang akan dipergunakan untuk segala keperluan
rumah tangga. Memang benar, kita ini (para istri) yang menjabat sebagai manager
keuangan dalam rumah tangga kita. Namun peran sebagai manager keuangan itu
bukanlah hanya peran “ecek-ecek” semata, kita harus benar-benar melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik dan benar, termasuk harus bertanggung jawab atas
kemana saja uang yang diberikan oleh suami yang telah kita pergunakan atau kita
belanjakan.
Terlepas
dari prinsip kita masing-masing dalam mempergunakan atau membelanjakan uang kita sendiri, saya hanya
ingin mengingatkan bahwa kita ini sebagai istri bukanlah hanya peran biasa
saja, kita juga memiliki tanggung jawab yang sama besarnya seperti suami,
tentunya tanggung jawab dalam hal yang berbeda dan sesuai dengan porsinya
masing-masing. Dan memang benar, bila kita berbicara tentang uang/keuangan
adalah hal yang sensitif, terutama dalam kehidupan rumah tangga, namun itu
semua tergantung juga dari bagaimana cara kita menjalaninya.
Jadi,
bila ibu-ibu, emak-emak, bunda-bunda, ummi-ummi, mama-mama ingin mengetahui
kemana saja uang bulanannya yang selalu habis, maka segera lakukan hal ini juga
agar pengeluaran keuangan rumah tangga menjadi terkontrol dan tentu saja agar
tidak menjadi “besar pasak daripada tiang” ya =)
-010915-
waaah aku juga suka gini mbak. tapi, belum terpikir kalo nanti menikah bikin tabel pengeluaran juga. *jadi referensi* hahahaha :p
BalasHapushihihi... kalau menurut saya mah harus punya, agar terkontrol semua pengeluaran kita :)
BalasHapus