kumpulan cerita ibu rumah tangga

Selasa, 01 September 2015

Rekapitulasi Uang Belanja

Sumber
Saat ini saya sedang senggang, belum ada orderan kerjaan percetakan, jadi waktu luang ini saya gunakan untuk meng­-update laporan keuangan rumah tangga saya atau biasa saya beri judul “Rekapitulasi Uang Belanja”. Menulis dan mencatat semua kebutuhan atau keperluan belanja sehari-hari memang telah lama saya lakukan, bahkan saya melakukan hal ini sejak saya masih kuliah, sekitar tahun 2007, waahhh sudah kurang lebih 8 tahunan ya =D

Awal kebiasaan ini berlatar belakang saat saya kebingungan, uang saku yang biasa diberikan oleh orang tua koq cepat sekali habis ya, dan saya juga sulit untuk menelusuri kemana saja uang itu telah saya pergunakan. Maklum, masih jiwa muda seorang mahasiswi, pengen beli ini pengen beli itu, pengen main ke sana pengen main ke situ, pengen beli buku ini pengen beli buku itu. Yah, intinya adalah sikap konsumtif yang tidak terkendali yang terjadi tanpa kita sadari. Inginnya sie berhemat dengan cara menabung, tapi tetap saja ada seribu alasan untuk “mengorek-ngorek” tabungan dan mencoba mengeluarkan isinya lagi. Hayooo siapa yang pernah melakukan (menjebol tabungannya) hal ini juga? =D

Nah, karena sebab itulah akhirnya saya berinisiatif untuk menuliskan setiap pengeluaran yang telah saya lakukan, sekecil apa pun uang yang saya keluarkan tetap harus dicatat agar balance pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya. Terkadang saya berpikir, “Ah, emak-emak sekali pemikian saya ini”, tapi ketika saya mendapatkan manfaat dari kebiasaan ini, justru saya jadi semakin sering melakukannya dan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan yang positif. Toh buku pengeluaran rutin saya ini hanya saya sendiri yang mengetahuinya, hehehe…

Lambat laun, hingga saya menikah dan full menjabat sebagai ibu rumah tangga, saya tetap mempertahankan kebiasaan ini. Awalnya saya sembunyi-sembunyi menulisnya, malu kalau ketahuan suami, takut dibilang “perhitungan”, hehehe. Tapi ya akhirnya ketahuan juga, tapi saya jelaskan apa maksudnya saya melakukan hal ini, tujuannya sebagai pengontrol keuangan rumah tangga kami. Reaksi suami sie cuma senyum-senyum sendiri dengan tampang yang mau tertawa gitu, “Masak beli pelembut pakaian yang harganya 500 rupiah per-sachet aja kamu tulis?” ujarnya sambil tersenyum. “Ya iyalah, meskipun 500 rupiah tetap saja itu berupa barang yang dibeli menggunakan uang, yang suatu saat nanti pasti akan diminta pertanggung jawabannya” jawab saya sok bijaksana.

Bahkan dengan bangganya saya memperlihatkan bentuk softcopy hasil rekapitulasi uang belanja saya selama satu tahun. Jadi, semua hasil catatan pengeluaran yang sering saya tulis di buku langsung saya pindahkan ke program Excel. Contohnya seperti gambar dibawah ini.

Hihihi... jadi malu kelihatan deuh harga barang-barang kebutuhan sehari-hari saya =D

Alhamdulillah ilmu pengetahuan saat masih bekerja kantoran dulu masih lengket di otak saya, jadi data-data mentah itu saya kelompokkan lagi agar lebih detail, kemudian saya menggunakan fitur Pivot Table untuk membuat gambaran yang lebih rinci. Plus saya buat menjadi sebuah diagram/table yang mudah untuk dibaca atau dipahami. Kalau dilihat-lihat, saya ini seperti kurang kerjaan banget ya, masak data rekapitulasi uang belanja saya olah sedemikian rupa menjadi laporan bulanan, hahaha =D

Memang benar, suami yang sudah menyerahkan nominal sekian untuk istrinya setiap bulan itu merupakan amanah, amanah berupa uang yang akan dipergunakan untuk segala keperluan rumah tangga. Memang benar, kita ini (para istri) yang menjabat sebagai manager keuangan dalam rumah tangga kita. Namun peran sebagai manager keuangan itu bukanlah hanya peran “ecek-ecek” semata, kita harus benar-benar melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, termasuk harus bertanggung jawab atas kemana saja uang yang diberikan oleh suami yang telah kita pergunakan atau kita belanjakan.

Terlepas dari prinsip kita masing-masing dalam mempergunakan atau  membelanjakan uang kita sendiri, saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita ini sebagai istri bukanlah hanya peran biasa saja, kita juga memiliki tanggung jawab yang sama besarnya seperti suami, tentunya tanggung jawab dalam hal yang berbeda dan sesuai dengan porsinya masing-masing. Dan memang benar, bila kita berbicara tentang uang/keuangan adalah hal yang sensitif, terutama dalam kehidupan rumah tangga, namun itu semua tergantung juga dari bagaimana cara kita menjalaninya.

Jadi, bila ibu-ibu, emak-emak, bunda-bunda, ummi-ummi, mama-mama ingin mengetahui kemana saja uang bulanannya yang selalu habis, maka segera lakukan hal ini juga agar pengeluaran keuangan rumah tangga menjadi terkontrol dan tentu saja agar tidak menjadi “besar pasak daripada tiang” ya =)




-010915-

2 komentar:

  1. waaah aku juga suka gini mbak. tapi, belum terpikir kalo nanti menikah bikin tabel pengeluaran juga. *jadi referensi* hahahaha :p

    BalasHapus
  2. hihihi... kalau menurut saya mah harus punya, agar terkontrol semua pengeluaran kita :)

    BalasHapus